Jumat, 30 Januari 2009


Monolog Dua Hati
Pancaran sinar hangatnya matahari sore dibelakang kampus, membuat tubuh gadis itu hangat. Gadis berusia sembilan belas tahun itu duduk di bangku taman. Sehelai daun akasia jatuh dari pohon rindang, mengenai bahunya.
Sinar nama gadis itu pun tersenyum…
“Eh.. dia lewat lagi, apa dia selalu lewat sini? Gw gak ngerti tiap lewat dia selalu berjalan lurus tanpa menoleh, begitu cool banget dalam diamnya. Gw nyapa dia gak ya? Ntar dia pikir gw SKSD lagi.. tapi apa salahnya gw udah merhatiin dia setahun lebih”.
Sky pemuda yang berusia sama dengan Sinar, akhir-akhir ini agak sibuk. Entah berapa kali dalam seminggu ia harus bolak-balik ke aula kampus, tidak ada seorang pun tyang tahu apa yang ia lakukan, yah.. kecuali Yang Maha Melihat.
“Napa ya Sinar akhir-akhir neh duduk sendirian, kemana-mana juga sendirian. Apa gw samperin aja.. ah.. tapi buat apa? Kalopun gw samperin, gw gak yakin dia bakal nanggepin gw. Sinar ,lo tau gak kalo saja lo gak pernah sendirian lo bakal tampilin wajah lo lo yang gak pernah ngukir senyum yang lepas, seperti awal ospek dulu. Nar. Lo tau gak ama gw.. eh napa gw harus mikirin dia????? Dia ngak bakalan tau ama gw, kalo pun tau itupun dari orang lain”.
Sinar pun kembali kedalam aula setelah setengah jam duduk di depan aula yang menghadap kebelakang taman kampus.
“Gw heran deh ama diri gw ndiri. Ngpain ya gw selelu liatin dia dibangku ini, seharusnya gw gak kayak gini… nama tuh cowok aja gw gak tau!!! Apa gw tanyaiin aja ma temen-temennya? Tapi kalo gw Tanya.. apa gw gak over banget? aduh gw napa nih… kayaknya gw terkena sindrom falling In Love deh…”
Sky berjalan keluar aula melewati taman belakang kampus lagi. Ada yang ingin diambilnya di ruang kesenian, tapi ia tidak melihat Sinar lagi. Padahal sebelum masuk aula tadi dia masih melihat Sinar yang sedang sibuk dengan bukunya.
“Napa Sinar cepat perginya, apa dia tau kalo gw perhatiin dia tadi? Wah sial… kalo ketahuan gw bisa disangka macam-macam ma dia. Karna gw suka merhatiiin dia diam-diam”.

Sinar menyesal mengutuk-ngutuk dirinya sendiri kenapa dia harus lupa membawa tugas yang harus dikumpulin hari ini, terpaksa harus pulang sore itu juga. Dia harus menyerahkan tugas itu hari ini juga. Kalau tidak nilai D akan terpajang manis di laporan pelajarannya semester ini.
“Ih …gw koq pikun banget sich… andau aja gw gak lupa, gw pasti liat dia kalo pulang dan tentunya dia pulang lewat belakang kampus lagi. Adih… gw jangan mikirin dia lagi deh.. gw harus cari Pak Darto moga-moga ja beliau masih di kampus.”
Secepat mungkin Sinar berjalan kearah ruang dosen. Langkahnya terhenti ketika di samara-samar mendengar suara lat musik dari arah aula. Penasaran terhadap apa yang didengarnya Sinar mendekat ke pintu aula, semakin dekat, dia jelas mendengar suara dentingan piano, tapi entah siapa yang memainkannya. Dicobanya melihat dari celah pintu aula yang sedikit terbuka, tapi dia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang memainkan piano tersebut karena orang itu membelakangi pintu.
Sinar bersandar didekat pintu, ia sangat menikmati permainan piano orang yang tak dikenalnya itu. Ia mendengar sebuah syair lagu yang begitu indah, yang tak pernah di dengarnya selama ini.
Tiba-tiba ringtone hp Sinar berbunyi dan membuat si pemain piano tersadar bahwa ada seseorang yang sedang menikmati permainan pianonya. Dan si pemain piani itu menoleh kearah pintu.
Sinar panic dan segera mematikan hpnya. Tapi ia tak sadar kalau si pemian piano telah berada dibelakangnya. si pemain piano itu tersenyum melihat ekspresi Sinar yang sudah tertangkap basah.
“Hm… sori” hanya itu yang keluar dari mumut Sinar. Tanpa berpikir panjang ia segera melarikan diri.
“Mampus gw… gw ketahuan ama dia, dia pasti marah besar”.

Seminggu sejak kejadian itu, Sinar tak lagi duduk di taman belakang kampus. Dia memilih untuk tidak melihat cowok itu lagi. Setiap kali ia berpapasan atau melewati cowok itu dia selalu menghindar, dia malu.
“Gw salah apa ya??? Kenapa Sinar ngidarin gw ?trus kenapa dia tidak duduk di taman seperti biasanya. Gw harus nanyain ini ma dia! Tapi dimana? Mendingan gw tungguin aja didepan kelasnya…’’
Skay berjalan kearah kelas Sinar, sejam lebih dia menunggu dan akhirnya… yang di tunggu sudah keluar.
Sinar terkejut mendapati Sky yang sudah berdiri didepan kelasnya. Mereka saling tatap dan sama-sama diam.
“Duh.. ngapain dia kesini, apa dia mau marah-marah/ wa gawat gw harus ngindar kemana lagi? Eh.. tunggu ap hak dia marah-marah ama gw, kenal aja gak! Gw aja gak kenal namanya dan pastinya dia gak kenal juga nama gw…”.
“Hm… nih! Gw tunggu lo disana ntar sore”. Sky menyerahkan secarik kerts pada Sinar dan dia langsung pergi. Sinar tampak bingung memandangi kertas yang ada ditangannya yang bertuliskan ‘tamn belakang kampus’.
“Gw harus pergi gak ya? Tapi kalo gak gw bakal penasaran., kalo gw pergi ntar gw diapa-apain.. aduh!!! Gimana nih…”
Akhirnya dengan tekad yang bulat, Sinar memutuskan untuk pergi juga. Sesampai ditempat yang dijanjikan Sinar mendapati cowok itu sedang duduk dan melambaikan tangan ke arahnya.
“Syukur deh Sinar datang juga, tapi .. kenapa masih berdiri disana? Apa dia gak mau bertemu gw? apa dia takut ma gw? Mang tampang gw seseram apa sih… sampai lo takut ma gw?’’ Sky akhirnya menghampiri Sinar yang masih bengong ditepi taman kampus.
“Nar!!! Napa lo masih disini? Gw mo ngomong,hmm… besok malam lo ada waktu nggak datang ke café Citaviesta… gw pengen lo datang. Gw akan nunggu lo disana…’’ Sky lagi-lagi pergi begitu aja, meninggalkan Sinar yang mematung karena nggak percaya akan kejadian tadi.
‘’Dari mana dia tahu nama gw? Apa gw sedang bermimpi?’’ Sinar mencubit tangannya keras-keras “Auwwww…’ rintihnya “ Gw gak bermimpi!!! Ini kenyataan.. apa gw nerima ajakannya ya???”.
Berkali-kali Sinar memandangi cermin dan senyam-seyum nggak karuan. Dia berpikir apa dia harus pergi besok malam ato gak?, hal ini membuatnya bingung. Di lain hati di mau pergi, tapi dihati satunya lagi dia cemas kalau-kalau Sky Cuma menjahilinya saja.

Dengan langkah mantap, Sinar memasuki café yang telah dikatakan Sky. Disana ramai sekali, tampaknya akan diadakan suatu acara. Entah,acara apa…Sinar tak mengetahuinya. Sinar tampak celingak-celinguk mencari sosok cowok yang mengundangnya ke café itu, dia mau bertanya pada orang yang ada disitu, tapi dia tidak mengetahui nama cowok itu. Seorang pelayan café mendekati Sinar.
“Selamat malam..anda Sinar?” Tanya pelayan itu ramah.
“Yups…” jawab Sinar dengan senyumannya.
“Saya akan mengantarkan anda ke meja anda”
“Thanks…”
Pelayan itu mengantarkan Sinar ke meja yang berada tepat di depan panggung café,kata pelayan itu meja ini sudah dipesan khusus untuk Sinar dan juga sebentar lagi Sinar akan bertemu dengan cowok yang telah mengundangnya dan sekaligus cowok yang telah mencuri hati dan perhatiannya selama ini.

10 menit pun berlalu
Sinar masih menunggu di mejanya. Tak lama kemudian Sinar mendengar dentingan piano, dia menikmati suara petikan piano yang indah itu.
‘..di bawahsinar itu aku menunggu akasiaku’ bait terakhir itu pun berhenti seiringan tepuk tangan penonton, tak kecuali Sinar.
“Lagu ini gw persrmbahin untuk seorang cewek yang selama ini gw perhatiin. Sori.. kalo dia merasa terganggu atas perhatian gw ini. Gw persiapain lagu ini untuk dia. Lagu ini gw kasih judul “AKASIAKU”. Cewek ini sanagnnt asuka duduk dibawah pohon akasia, ini yang membuat gw terinspirasi untuk ciptain lagu ini, setelah gw vakum dari dunia musik. Karena lo gw bangkit… walaupun gw gak pernah nyapa lo atau bicara ama lo. Tapi lagu ini khusus gw ciptain untuk lo SINAR!!! Kata Sky dari balik piano.
Sianr sangat terkejut dengan pernyataan yang begitu tiba0tiba ini. Suasana hening, semua mata tertuju pada Sinar, Sinar Cuma diam dia berdiri dan melihat sekelilingya. Dan tiba-tiba ia melihat cowok pujaannya itu sudah berdiri tidak jauh darinya. Sinar merasa canggung dan malu, ia pun berlari keluar café tanpa berkata apa-apa.

Tiga tahun berlalu begitu saja.
Sejak kehjadian di café itu, Sinar tak pernah lagi hadir di kampus. Kabarnya dia dan keluarganya pindah ke Singapura. Sky benar-benar menyesal, kalu saja dia tidak mengungkapkan isi hatinya… sinar pasti tidak akan pergi dan dia tidak kehilangan cewek yang disayanginya.
Sky bingung harus bertanya pada siapa, teman-teman Sinar Cuma tahu kalu Sinar ikut orang tuanya ke Singapura, tak lebih dari itu.
Saat syair lagu yang diciptakannya tak berarti apa-apap untuknya, hanya goresan masa lalu saja.
“Nar… kenapa lo ninggalin gw tanpa jawab apa-apa! Jangan siksa gw kayak gini Nar…”

Sore hari matahari terasa hangat, Sinar duduk di tempat yang dulu sering didudukinya selama dikampus. Dua helai daunakasia jatuh ke tangannya, dan ia pun tersenyum.
“Sinar … lo keman aja? Apa gw salah waktu itu?” tiba-tiba saja Sky berlari kearah Sinar dan berdiri dihadapannya.
Sinar Cuma diam.
“Maaf gw bener-bener terkejut waktu itu dang w harus ikut bonyk gw ke Singapura, gw gak sempet ningglain pesen buat lo dan kuga gw gak tahu nama lo. Gw akui kalo duli gw sering merhatiin lo tapi gw gak berani nyari tahu identitas lo…” kata-kata itu keluar bagai air mengalir dari mulut Sinar.
Sky hanya bisa diam mendengarkannya, dia perlu sebuah penjelasan.
“Gw salah karna langsung saja ngungkapin persaan gw ke lo, tanpa berpikir kalo lo kenal gw apa gak! Sori… hmmm apa kejadian di café itu nngebuat lo marah? Kenapa lo pergi gitu aja?” Sky menatap Sinar yang cuma tertunduk.
“Maaf… bukan maksud gw untuk ninggalin lo waktu itu dan ngebiarin lo kayak gini…”
“Trus napa?” Sky menunggu jawaban dari Sinar.
“Gw gak bisa bilang ama lo…’’
“Pa yang lo rahasiain dari gw… tolong kasih tau gw Nar… gw..gw bakalan bantuin lo…’’
“Tapi…”
“Tapi napa Nar…’ Sky masih menunggu lanjutan kalimat Sinar.
“Tapi gw nggak mau lo terbebani… gw…gw menderita tumor otak”.
Bagaikan tersengat listrik Sky mendengarnya, tapi dengan cepat dia menenangkan hatinya.
‘Apapun yang terjadi gw tetep disamping lo” Sky mencoba menatap jauh kedalam mata Sinar, Sinar menghindari tatapan itu.
“Gw gak sanggup kalo lo harus menderita gara-gara gw”
“Nar…”
“Tolong jangan manggil nama gw lagi…itu nyakitin banget buat gw…” tiba-tiba saja Sinar memotong kalimat Sky.
“Walaupun… gw operasi, gw gak yakin gw bisa bertahan untuk hidup..”air mata mulai menetes di pipi Sinar.
“Nar lo harus yakin, gw tetep disamping lo, karna gw saying lo.. lo tau Nar, lo bikin gw tersiksa. Tiga tahun yang lalu gw mo tau apa yang gw rasakan tapi lo pergi gitu aja.. lo tau juga Nar.. lo yang bikin syair-syair gw hidup lagi.. lo inspirasi gw.. lo malaikat gw… lo bener-bener menyinari gw sesuai dengan nama lo, walaupun lo gak sekuat dudlu, tapi lo tetep bersinar dan gak akan pernah menyerah melawan penyakit lo, gw pengen Sinar yang dulu, yang selalu ceria gak pernah putus asa…”
Mendengar kata-kata Sky, Sinar terdiam… lama…dan terpekur.
“Nar gw mo nyambung kata-kata gw yang sempet keputus tiga tahun yang lalu, gw gak peduli lo mo dengar apa gak…”
‘Tapi gw… gw… gw harus ngejalanin pengobatan disana! Dan itu bakal lama”tiba-tiba saja Sinar memotong lalgi kalimat Sky.
‘’Seberapa lama pun, gw bakal tetep nunggu dan menemani lo terus!”
Lagi-lagi Sinar cuma bisa diam… Sinar tak bisa unuk berbohong pada dirinya sendiri.
“Apa lo mo nemenin gw besokke rumah sakit?” Sinar menetap Sky. Sky tersenyumdan mengganguk mantap. Beban batin yang sudah tiga tahun ditanggungnya selama ini, berganti dengnan kelegaan.
“Sinar kenalin gw Sky Adinata.. gw mo nyambung sekali lagi kata-kata gw yang terputus tadi dan kata-kata tiga tahunyang lalu. Apakag gw boleh memiliki akasia gw seutuhnya dan ngelindunginnya dengan sinar mata hati gw?”
Sinar terdiam dan menyerahkan sehelai daun akasia dari tanagnya ke Sky, ia tersenyum sambil berkata…
“Boleh…”
SELESAI



Di sisi gelap sudut putih garis-garis senja yang tertutupi.

Craig David “Unbelieveble”.
( upz pren ato capa ja lah.. abiz baca pux ane yang amatirannya neh kacih coment yaowh.. neh ru cb2 duank.. ane cm nulis yang gak da pa2nya dibandingan ama or laen... bsk2 bsk neh.. ru laen jg ane isi neh blog ..ane pengen tukar2 isinya ja biar rame.. tau gak sih low loe pade.. GAK DA GW GAK RAME.. HAWQ..HAWQ.. HAWQ...)

Minggu, 18 Januari 2009

neh cmuawnay






















neh nak2 apartemen punya.. da masih banyak ge.. ane ge males corat-cotaet neh so.. poto2 ja yah